Jumat, 12 Oktober 2012

Persami yang Menguras Tenaga

Selasa, 11 September 2012 – Ambalan Sudirman-Kartini SMA Islam Sudirman Ambarawa selama dua hari mengadakan Persami. Persami yang dilaksanakan di lingkungan sekolah dengan diikuti oleh siswa-siswi kelas X beralangsung dengan lancar.
Satu Minggu yang lalu kegiatan persami telah dilakukan. Terdapat beberapa kenangan yang cukup menarik untuk diingat oleh peserta Persami untuk kisah klasik untuk masa depan.
Kegiatan Persami tahun ini yang dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9 September bertepatan dengan Hari Olah Raga Nasional (Haornas). Pagi hari sebelum Persami siswa-siswi sudah berolahraga yaitu senam dan jalan santai, maka dari itu Persami tahun ini benar-benar membutuhkan kondisi fisik yang fit.
Dra. Nurul Inayati selaku pembina upacara membuka kegitan Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) berpesan kepada sekitar 215 peserta persami kelas X agar selalu memiliki jiwa kepramukaan yang bersemangat dan rela berkorban. Selain itu beliau juga berpesan agar peserta pramuka kelak benar-benar menjadi orang yang berguna seperti filosofi lambang pramuka yaitu tunas kelapa. Setiap bagian dari pohon kelapa memiliki manfaat yang sangat beragam.
Kegiatan baris-berbaris yang identik dengan kegiatan pramuka dilaksanakan setelah upacara pembukaan. Di sela-sela mengawasi kegiatan pramuka, Arifin, salah satu bantara mengatakan bahwa baris-berbaris dimaksudkan agar timbul sikap disiplin dalam diri peserta Persami. “Melalui kegiatan baris-berbaris adik-adik dikondisikan agar selalu disiplin dan lebih dapat menjaga kerapian,” ungkapnya. Memang perlu diakui bahwa semangat kedisiplinan atau kerapian dalam berseragam semakin lama semakin luntur, maka dari itu melalui kegiatan positif ini siswa dikondisikan agar sadar masalah kedisiplinan dan kerapian.
Pentas Seni yang Hambar
Api unggun yang direncanakan mulai pukul 09.00 WIB ternyata tertunda selama setengah jam karena persiapan teknis yang sedikit terganggu. Biarpun demikian pelaksanaan api unggun yang dipimpin oleh Dra. Nurul Inayati berjalan cukup lancar. Dalam amanatnya beliau mengajak agar seorang pramuka hendaknya memiliki semangat yang membara seperti api. “Seorang Pramuka hendaknya kita mencontoh api unggun ini. Bukan berarti kita menyembah api, tetapi kita mencontoh api bergejolak dalam hal semangat kita,” ungkapnya.
Pentas seni yang dilaksanakan saat api unggun kurang begitu menarik karena seluruh kelas hanya bernyanyi. Tidak ditemukan pentas seni seperti tahun lalu misalnya pembacaan puisi atau drama. Biarpun demikian seluruh peserta Persami mengapresiasi dengan baik. Setelah kegiatan api unggun adalah renungan malam yang dipimpin oleh Sutimin yang merupakan alumni tahun lalu. Saat renungan kejadian yang tak diharapkan terjadi, yaitu banyak peserta Persami yang pingsan. Ada lebih dari lima belas orang dan tiga di antaranya terpaksa dilarikan ke RSUD Ambarawa. Kejadian itu sempat membuat panik tim PMR yang bertugas dan bantara. Dengan sigap akhirnya semua siswa yang pingsan dapat sembuh dengan cepat dan tiga orang yang di bawa ke RSUD Ambarawa juga sembuh dan dibawa kembali ke sekolah.
Wide Game
Kegiatan wide game dimulai lebih awal yaitu sekitar pukul 06.00, hal ini dilakukan agar pelaksanaan Persami dapat lebih cepat dan para siswa mempunyai waktu istirahat yang lebih banyak sehigga harapannya para siswa khususnya kelas X hari Senin dapat masuk seperti biasa. Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini rute wide game ke arah Kupang Dukuh melewati SPS naik. Dengan coretan tepung basah cukup membuat lucu wajah para persami. Satu persatu kelompok berangkat dengan disertai yel-yel kelompok untuk lebih memeriahkan wide game.
Setelah kegiatan ini dan makan pagi, upacara penutupan dilaksanakan, pukul 10.00 WIB acara persami berakhir. Kegiatan yang sangat melelahkan satu persatu dilalui dengan cukup sukses. Semoga kesuksesan selalu ada di Dewan Ambalan Sudirman-Kartini SMA Islam Sudirman Ambarawa, amin.

Jumat, 25 Mei 2012

Senyum dan Tangis Kemah Akhirussanah 2012 di Prambanan

Kemah Akhirussanah SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun 2012 pada tanggal 17 – 19 Mei dilaksanakan di Kawasan Taman Candi Prambanan Sleman Yogyakarta. Kemah dirasakan sangat mengesankan bagi peserta.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu diadakan di kawasan pegunungan dengan udara yang sejuk bahkan dingin, tahun ini kemah akhirussanah dilaksanakan di kawasan wisata taman candi prambanan yang notabenya sangat panas. Hal itu disebabkan karena lokasinya yang berada di daerah perkotaan. Biarpun demikian seluruh peserta kemah sangat menikmati keindahan lokasi perkemahan dengan background candi prambanan.

Kemah yang dibuka oleh kepala sekolah SMA Sudirman, Riyanto ini merupakan kemah yang telah dinanti-nanti oleh peserta kemah kelas X. Dalam acara pembukaan Riyanto berpesan kepada peserta kemah agar senantiasa menjaga nama baik almamater sekolah karena akan berada jauh dari sekolah. Beliau juga berpesan agar menjaga kesehatan dengan baik agar tidak sakit. Selain itu beliau juga berpesan agar peserta kemah tetap menjalankan kewajiban sebagai umat muslim, yaitu salat lima waktu. “Anak-anakku, Bapak berpesan tolong jaga nama baik almamater kalian ini dengan sebaik-baiknya. Selain itu kalian harus bisa menjaga diri dan jangan sekali-kali meninggalkan salat biarpun kalian dalam kondisi yang sangat tidak menyenangkan,” pesan Riyanto.

Panitia mengangkut rombongan kemah dengan menggunakan empat armada truk dari TNI Kavaleri Turonggo dan tiga tambahan truk dari luar. Tujuh truk yang disiapkan oleh panitia ternyata masih kurang sehingga dengan terpaksa peserta kemah berdesak-desakan di atas truk. Biarpun berdesak-desakan, rombongan kemah yang melewati jalur Salatiga – Boyolali – Klaten – Sleman ini merasakan kesenangan tersendiri. “Biarpun panas kami tetap happy, Pak,” ungkap salah satu peserta kemah laki-laki yang ada di atas truk terbuka

Hari Pertama
Setiba di bumi perkemahan kawasan taman candi prambanan peserta kemah langsung dengan sigap mendirikan tenda. Sangat disayangkan ada beberapa sangga yang tidak membawa tenda regu karena adanya salah komunikasi dengan TNI Kavaleri. Akhirnya atas inisiatif panitia mereka menempati tenda pleton yang besar bersama kakak-kakak bantara.

Setelah persiapan perkemahan sudah selesai, lomba baris berbaris dan memasak nasi goreng diadakan. Dalam lomba memasak nasi goreng yang penilaiannya dipimpin oleh M.Khanifuddin menilai masakan cukup enak. “Nasi gorengnya ada yang rasanya hambar, ada juga yang bener-bener sangat enak,” ungkap Khanifuddin.

Malam hari pertama ini peserta kemah menyaksikan sendratari Ramayana (Ramayana Ballet) dengan lakon Hanoman Obong. Menceritakan Sinta yang diculik oleh Rahwana yang kemudian Hanoman diperintahkan oleh Rama untuk menyelamatkan Sinta, pergi ke negeri Alengka tempat tinggal Rahwana.

Sebagian besar siswa yang menyaksikan terlihat sangat antusias menyaksikannya. Salah salah satunya Lia Andriani kelas X6. “Biarpun mata sudah agak ngantuk, melihat Sendratari Ramayana ini adalah pengalaman pertama yang cukup menarik. Penarinya perfect tetapi menurut saya ekspresinya kurang total,” ungkap Lia. Karena tokoh-tokoh dalam sendratari ini tidak mengucapkan dialog, penonton yang belum mengetahui alur ceritanya akhirnya sedikit tidak paham.

Hari Kedua
Dengan memakai seragam olah raga yang dipimpin oleh Sutimin, peserta kemah memulai aktivitas hari kedua dengan senam pagi. Setelah itu peserta kemah diajak susur rimba dengan rute yang cukup menantang adalah menyeberangi Kali Opak, salah satu kali yang hulunya adalah Gunung Merapi. Semua peserta susur rimba berbasah-basahan menyeberangi Kali Opak karena kedalamannya di atas lutut orang dewasa.

Setelah salat Jumat, peserta kemah diarahkan oleh kakak-kakak bantara untuk mengikuti kegiatan berikutnya yaitu out bond. Dalam kegiatan ini jelas semua terlihat bersemangat walaupun fisik sudah terkuras lelah. Semua peserta out bong terlihat tersenyum melewati berbagai rintangan yang menghadang. Biarpun peserta mendapat hukuman saat gagal menyelesaikan tantangan, itu malah membuat mereka semakin bersemangat karena mendapatkan guyuran air dari kakak-kakak bantara. Out bond yang dilakukan diantaranya balap lari berkelompok, menirukan kalimat dengan cepat, mengisi air di paralon besar yang dilubangi, dll.

Dengan sisa kekuatan yang masih ada, peserta kemah diajak keliling kawasan taman wisata Candi Parambanan untuk melakukan jelajah budaya yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok perjalanan ke Candi Prambanan, Candi Sewu, dan museum Candi Prambanan. Tidak hanya jejalah tanpa ada tugas, tetapi peserta kemah diharuskan membuat laporan tertulis hasil dari jelajah budaya yang dilakukan.

Tragedi Hujan Deras
Tak disangka dan tak dikira kondisi yang tak diharapkan ada malah ada, hujan deras. Tidak ada persiapan untuk membawa jas hujan atau terpal untuk melindungi tenda. Hujan saat salat maghrib berjamaah di lapangan membuat beberapa tenda rubuh. “Saya kagum dengan anak-anak, walaupun hujan sangat deras mereka tetap menyelesaikan salat maghribnya,” ungkap pembina pramuka, Dra. Nurul Inayati. “Ternyata pesan Pak Riyanto mereka jalankan dengan baik,” tambahnya.

Hujan yang mengguyur selama satu jam ini cukup membuat kegitan-kegiatan malam kedua dibatalkan. Praktis rencana awal yang sudah disipkan oleh kakak-kakak bantara dengan matang untuk malam hari kedua semuanya gagal dilaksanakan kecuali api unggun yang hanya dinyalakan oleh beberapa orang bantara.

Sementara itu, karena kondisi tenda tidak memungkinkan untuk ditempati, maka penanggung jawab taman wisata Candi Prambanan mengungsikan peserta kemah ke pendopo museum. Hujan yang deras ini membuat beberapa peserta kemah sakit dan jatuh pingsan. Lebih dari lima orang yang sakit saat hujan deras ini padahal hari sebelumnya tak ada satupun yang sakit. Tiga diantaranya terpaksa dibawa mobil ambulan ke balai pengobatan Panti Rini untuk mendapatkan perawatan lebih baik.

Hari Ketiga
Setelah istirahat semalam, setelah salat subuh peserta kemah kembali lagi ke tempat perkemahan untuk mengemasi barang-barang yang berantakan karena kehujanan malam harinya. Tak pelak banyak barang bawaan peserta yang hilang karena tercampur dengan peserta kemah yang lain. Setelah barang-barang selesai dikemasi, upacara penutupan dimulai. Dalam hal ini ketua panitia kemah akhirussanah sma islam sudirman ambarawa tahun 2012, Soekamto memberikan amanat yang sangat berharga. “Semua yang kalian alami selama tiga hari ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Kalian telah mampu mengatasi tantangan alam yang cukup berat ini. Orang yang kuat adalah orang yang mampu mengatasi ujian yang lebih berat,” jelas Soekamto.

Diakhiri dengan jabatan peserta kemah kepada kakak bantara dan panitia kemah, berakhirlah kemah akhirussanah SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun 2012 di kawasan taman wisata Candi Prambanan.

Rabu, 08 Februari 2012

Lomba Kaligrafi dan Khitobah Berbahasa Inggris

Ambarawa - Senin, 6 Februari 2012 bertempat di SMA Islam Sudirman Ambarawa Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama (MGMP PA) RSMABI Korwil Semarang menyelenggarakan lomba Khitobah berbahasa Inggris dan pembuatan kaligrafi.
Kegiatan ini digunakan sebagai wahana silaturrahmi antarsiswa dan ajang penyaluran bakat siswa di bidang seni kaligrafi dan kemampuan berpidato dengan menggunakan bahasa inggris. “Lomba ini diselenggarakan untuk memupuk rasa ukhuwah Islamiyah dan ajang menyalurkan bakat siswa dalam bidang seni,” ungkap Mahfud MPd.I selaku ketua MGMP PA RSMABI Korwil Semarang.
Kegiatan ini diikuti dua belas SMARSBI se-Korwil Semarang yaitu: SMA N 1 Semarang, SMA N 2 Semarang, SMA N 4 Semarang, SMA N 1 Purwodadi, SMA N 1 Demak, SMA N 1 Kendal, SMA N 1 Boja, SMA N 1 Ungaran, SMA Islam Sudirman Ambarawa, SMA N 1 Salatiga, SMA Pondok Modern Selamat Kendal, dan SMA Kesatrian 1 Semarang.
Dalam perlombaan ini panitia menghadirkan dewan juri dari Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang bertujuan agar tidak terjadi keberpihakan. “Kami mengambil juri yang berasal dari STAIN Salatiga dan keseluruhannya adalah dosen, hal ini tentu saja agar penilaian dapat lebih netral,” ungkap Edy Mahmud, S.Ag. selaku sekretaris MGMP.
Lomba yang diselenggarakan mulai pukul 09.00 WIB dan selesai pukul 14.30 WIB ini mendapatkan juara 1 Lomba khitobah berbahasa Inggris yaitu Anisa Dyah Pertiwi dari SMA N 2 Semarang. Adapun juara 2 diperoleh Sefin Anggi Riyantika dari SMA N 1 Purwodadi dab Juara 3 adalah Ummun Nisa’ S. dari SMA N 1 Boja.
Sementara itu, hasil Lomba Kaligrafi sebagai juara 1 yaitu Destilla Adi Rosyada dari SMA N 1 Purwodadi, Juara 2 LIntang Yasindi Putri dari SMA N 1 Ungaran, dan Juara 3 Siti Rohmawati dari SMA Islam Sudirman Ambarawa.

Kenangan yang Selalu Ada

Drs. Herman Widodo lahir di Salatiga, 5 Oktober 1959. Beliau merupakan lulusan dari Universitas Satya Wacana jurusan Civic Hukum di tahun 1987. Beliau mengabdi menjadi guru di SMA Islam Sudirman Ambarawa selama 26 tahun yaitu sejak tahun 1985 hingga tutup usianya yaitu pada hari Sabtu, 17 Desember 2011 karena serangan jantung ketika akan membuka rapat di sekolah.

Bersama seprofesinya yang masih di SMA Ini, Ibu Wahyu, Beliau mengetahui betul pasang surut dan pahit getirnya perjuangan di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Beliau menjadi guru di SMA Ini ketika masih bujangan atau sebelum beristri. Saat ini beliau meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak perempuan.

Guru yang beralamat di Panjang Kidul Ambarawa ini di kalangan murid-murid mempunyai sifat kebapakan sehingga beliau sangat akrab dengan murid-muridnya.

Pelajaran sejarah dan pendidikan kewarganegaraan menjadi mapel yang diajarkannya selama ini. Dengan tubuh yang tinggi besar dengan kumis tebal membuat siswa berpikir guru yang satu ini menyeramkan, tetapi semua itu berbanding terbalik dengan cara mengajarnya yang santai tetapi serius sehingga membuat siswa-siswi lebih dapat menikmati pelajaran.

Sosok yang satu ini di kalangan teman-teman guru terkenal sebagai teman yang suka bercanda. Beliau dikalangan guru merupakan sosok yang baik hati dan tidak suka marah. Selain sebagai guru, di akhir hayatnya beliau juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah bidang humas pada tahun 2011.

Semoga yang selama ini diperjuangkannya di SMA ini agar menjadi lebih baik akan tercapai. Selamat jalan Pak Herman Widodo, kenangan dan jasa-jasamu akan kami kenang. Semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya, amin.

Aku Ingin Masuk!

Berbicara masalah kedisiplinan, akhir-akhir ini banyak siswa yang menangis, jengkel, atau kecewa di luar pintu gerbang sekolah. Mengapa bisa demikian? Ya, tidak lain tidak bukan disebabkan mereka terlambat lebih dari sepuluh menit hingga akhirnya pintu gerbang ditutup dan siswa yang terlambat tidak diperbolehkan masuk sekolah. Aturan ini merupakan sebuah punishmen (hukuman) yang tentunya banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan siswa ataupun oleh guru.

Mereka yang menyetujui kebijakan ini berdalih hal semacam ini telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah lain dan dapat menjadikan siswa lebih disiplin terutama disiplin waktu. Selain itu, aturan semacam ini dapat menekan angka keterlambatan yang akhir-akhir ini semakin meningkat. Cara ini dianggap sebagai cara ampuh untuk mengatasi keterlambatan. Tetapi apakah secara nyata cara ini dapat menekan angka keterlambatan? Untuk mengetahuinya kita tunggu lebih lanjut saja.

Di lain pihak, bagi mereka yang kontra dengan kebijakan ini berdalih bahwa aturan ini belumlah disosialisasikan secara jelas kepada siswa-siswi. Selain itu siswa terlambat tentunya tidak semua adalah kebiasaan atau sesuatu yang disengaja. Bisa jadi siswa yang terlambat karena kendaraan umum sedang terlambat atau tidak ada. Bukankan ini sebuah alasan yang cukup bisa diterima jika siswa terlambat? Lain halnya dengan mereka yang terbiasa terlambat. Untuk hal yang demikian, punishmen melarang siswa masuk sekolah dirasa cukup baik.

Beberapa orang siswa yang kurang mempunyai niat untuk masuk sekolah menggunakan alasan pintu gerbang sudah ditutup dan tidak boleh masuk untuk membolos sekolah. Niat membolos sudah direncanakan semenjak masih di rumah hingga ketika orang tua menanyakan mengapa tidak masuk sekolah kepada anak, anak dapat menjawab bahwa pintu gerbang sudah ditutup dan tidak diperbolehkan masuk. Lalu, pergi ke manakah mereka yang membolos?

Dari berbagai polemik yang terjadi atas pemberlakuan aturan ini alangkah lebih bijaksananya jika pihak sekolah mempertimbangkan kembali kebijakan ini dengan memperhatikan baik buruknya atau efek dari peraturan ini. Pihak sekolah bisa saja memberikan punishmen yang lebih bijaksana sehingga siswa yang datang terlambat dan memang benar-benar mempunyai niat untuk sekolah tetap bisa belajar.

Biarpun demikian, sekolah memberlakukan aturan ini tentunya mempunyai maksud dan tujuan yang baik. Tepat tidaknya atau baik buruknya aturan ini tergantung cara pandang masing-masing individu. Sebuah aturan yang baru terkadang memang menimbulkan pro dan kontra, tetapi jika aturan baru itu diterapkan secara konsisten maka pastinya akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Oleh: Arifin, XI IPA 1

Persami, Semangat Pantang Menyerah

Senin, 16 Januari 2012 – Perkemahan Sabtu dan Minggu (Persami) 14 dan 15 Januari 2012 oleh Ambalan Sudirman-Kartini 15 Januari 2012 diikuti oleh siwa-siswi SMA Islam Sudirman Ambarawa kelas X berlangsung meriah.
Meskipun sore itu daerah Ambarawa dan sekitarnya diguyur hujan tetapi kegiatan Persami tetap dilaksanakan dengan baik. Kegiatan diawali dengan upacara pembukaan pada pukul 14.00 WIB oleh pembina upacara yaitu Dra. Nurul Inayati. Nurul Inayati berpesan kepada peserta kegiatan agar selalu bersemangat dan pantang menyerah seperti teladan ambalan, yaitu Jendral Sudirman. Selain beliau berpesan agar peserta kegiatan menjaga nama baik sekolah ketika berada di luar lingkungan sekolah. “Pramuka Sudirman-Kartini harus tetap bersemangat dan pantang menyerah seperti yang diperlihatkan oleh Panglima Besar Jendral Sudirman,” katanya.
Malamnya lebih kurang pukul 21.00 WIB kegiatan yang dinantikan oleh peserta kegiatan yaitu api unggun dimulai. Dalam acara itu masing-masing sangga (kelompok pramuka) menampilkan kreativitasnya. Masing-masing sangga dituntut dapat memunculkan kreativitas terbaiknya dan mentalnya. Tetapi karena kurangnya persiapan akhirnya seluruh sangga hanya mampu menyumbangkan lagu. Tidak ada yang menampilkan drama, misalnya. Hal ini semua karena kurangnya persiapan oleh peserta Persami.
Alumni SMA Issuda yang dulunya ikut sebagai bantara juga datang untuk membantu dan memeriahkan kegiatan Persami ini. Ahmad Firmansyah atau yang akrab dipanggil Memo misalnya, datang jauh-jauh dari Semarang hanya untuk membatu kegitan ini. “Saya datang dari Semarang, untuk ikut membatu Persami ini,” tandasnya. Dengan gaya yang agak lebay Memo pun ikut mengisi Pensi api unggun dengan ikut bernyanyi dan bergoyang.
Setelah api padam, tepat pukul 24.00 WIB dengan didampingi M.Khanifudin, S.H.I., Dra. Nurul Inayati, dan Sutimin, acara renungan berlangsung dengan sangat khusuk. Kegiatan renungan ini dimaksudkan agar peserta persami dapat mengintrospeksi diri atas segala kesalahan-kesalahannya sehingga untuk kedepan akan dapat lebih baik.
Wide Game
Ahad pagi setelah senam pagi peserta Persami melanjutkan kegiatan yang sangat seru. Peserta mengikuti kegiatan wide game di daerah Tambakboyo dan sekitanya. Aneka hiasan tubuh dengan coretan lipstik di wajah dan rumput-rumputan yang dirangkai menjadi mahkota atau selempang dikenakan. Yang tak kalah seru peserta diperintahkan untuk baris berbaris di tenah becek. Peserta juga melewati trowongan aliran irigasi yang cukup deras dan dilanjutkan berenang di area sawah yang berlumpur. Tak sedikit peserta yang berkeluh kesah, tetapi bantara selalu memberikan agar menyelesaikan semua tantangan yang telah dipersiapkan.
Tidak hanya dilumpur itu, peserta kegiatan juga harus merayap di pinggir sawah yang sangat becek sehingga baju kotor yang telah sempat dibersihkan dengan air di aliran irigasi kembali kotor. Setelah itu peserta kegiatan kembali lagi ke sekolah melewati daerah Kupang Kidul, Ambarawa.
Sesampainya di sekolah tak ada baju bersih yang dikenakan oleh peserta karena seluruh peserta kegiatan berkotor-kotor di sawah. Menurut Candra Handoko, S.Pd., salah satu wali kelas X menuturkan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. “Saya rasa siswa yang tidak ikut kegiatan ini telah mengalami kerugian yang cukup besar dalam hal pengalaman, karena melalui ini siswa memeroleh pengalaman yang berharga yang tentunya dapat diceritakan kepada adik-adik kelasnya kelak. Pengalaman adalah guru yang terbaik,” tuturnya ketika ditemui di sela-sela kegitan Persami.
Hingga akhirnya setelah peserta Persami mandi dan membersihkan diri, pukul 14.00 WIB upacara penutupan dilakukan dan selaku pembina upacaranya adalah Dra. Nurul Inayati. Beliau berpesan agar pengalaman yang telah diperoleh dijadikan sebagai pelajaran yang berharga. Pesan yang sangat penting adalah, “Hari Senin semua harus berangkat sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar!” pesannya.
Kegiatan Pramuka semacam ini tentunya sejalan dengan program pemerintah yang menyisipkan nilai-nilai karakter bangsa salam setiap kegiatan pembelajaran. Nilai kedisiplinan dan nasionalisme kental sekali dalam kegiatan Pramuka. Siswa dibiasakan disiplin dalam segala hal sehingga kedisiplinan ini akan terus melekat pada diri peserta kegiatan persami ini. Semangat nasionalisme dan cinta tanah air akan senantiasa tumbuh dan berkembang dari kegiatan semacam ini.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes