Rabu, 08 Februari 2012

Lomba Kaligrafi dan Khitobah Berbahasa Inggris

Ambarawa - Senin, 6 Februari 2012 bertempat di SMA Islam Sudirman Ambarawa Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama (MGMP PA) RSMABI Korwil Semarang menyelenggarakan lomba Khitobah berbahasa Inggris dan pembuatan kaligrafi.
Kegiatan ini digunakan sebagai wahana silaturrahmi antarsiswa dan ajang penyaluran bakat siswa di bidang seni kaligrafi dan kemampuan berpidato dengan menggunakan bahasa inggris. “Lomba ini diselenggarakan untuk memupuk rasa ukhuwah Islamiyah dan ajang menyalurkan bakat siswa dalam bidang seni,” ungkap Mahfud MPd.I selaku ketua MGMP PA RSMABI Korwil Semarang.
Kegiatan ini diikuti dua belas SMARSBI se-Korwil Semarang yaitu: SMA N 1 Semarang, SMA N 2 Semarang, SMA N 4 Semarang, SMA N 1 Purwodadi, SMA N 1 Demak, SMA N 1 Kendal, SMA N 1 Boja, SMA N 1 Ungaran, SMA Islam Sudirman Ambarawa, SMA N 1 Salatiga, SMA Pondok Modern Selamat Kendal, dan SMA Kesatrian 1 Semarang.
Dalam perlombaan ini panitia menghadirkan dewan juri dari Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang bertujuan agar tidak terjadi keberpihakan. “Kami mengambil juri yang berasal dari STAIN Salatiga dan keseluruhannya adalah dosen, hal ini tentu saja agar penilaian dapat lebih netral,” ungkap Edy Mahmud, S.Ag. selaku sekretaris MGMP.
Lomba yang diselenggarakan mulai pukul 09.00 WIB dan selesai pukul 14.30 WIB ini mendapatkan juara 1 Lomba khitobah berbahasa Inggris yaitu Anisa Dyah Pertiwi dari SMA N 2 Semarang. Adapun juara 2 diperoleh Sefin Anggi Riyantika dari SMA N 1 Purwodadi dab Juara 3 adalah Ummun Nisa’ S. dari SMA N 1 Boja.
Sementara itu, hasil Lomba Kaligrafi sebagai juara 1 yaitu Destilla Adi Rosyada dari SMA N 1 Purwodadi, Juara 2 LIntang Yasindi Putri dari SMA N 1 Ungaran, dan Juara 3 Siti Rohmawati dari SMA Islam Sudirman Ambarawa.

Kenangan yang Selalu Ada

Drs. Herman Widodo lahir di Salatiga, 5 Oktober 1959. Beliau merupakan lulusan dari Universitas Satya Wacana jurusan Civic Hukum di tahun 1987. Beliau mengabdi menjadi guru di SMA Islam Sudirman Ambarawa selama 26 tahun yaitu sejak tahun 1985 hingga tutup usianya yaitu pada hari Sabtu, 17 Desember 2011 karena serangan jantung ketika akan membuka rapat di sekolah.

Bersama seprofesinya yang masih di SMA Ini, Ibu Wahyu, Beliau mengetahui betul pasang surut dan pahit getirnya perjuangan di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Beliau menjadi guru di SMA Ini ketika masih bujangan atau sebelum beristri. Saat ini beliau meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak perempuan.

Guru yang beralamat di Panjang Kidul Ambarawa ini di kalangan murid-murid mempunyai sifat kebapakan sehingga beliau sangat akrab dengan murid-muridnya.

Pelajaran sejarah dan pendidikan kewarganegaraan menjadi mapel yang diajarkannya selama ini. Dengan tubuh yang tinggi besar dengan kumis tebal membuat siswa berpikir guru yang satu ini menyeramkan, tetapi semua itu berbanding terbalik dengan cara mengajarnya yang santai tetapi serius sehingga membuat siswa-siswi lebih dapat menikmati pelajaran.

Sosok yang satu ini di kalangan teman-teman guru terkenal sebagai teman yang suka bercanda. Beliau dikalangan guru merupakan sosok yang baik hati dan tidak suka marah. Selain sebagai guru, di akhir hayatnya beliau juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah bidang humas pada tahun 2011.

Semoga yang selama ini diperjuangkannya di SMA ini agar menjadi lebih baik akan tercapai. Selamat jalan Pak Herman Widodo, kenangan dan jasa-jasamu akan kami kenang. Semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya, amin.

Aku Ingin Masuk!

Berbicara masalah kedisiplinan, akhir-akhir ini banyak siswa yang menangis, jengkel, atau kecewa di luar pintu gerbang sekolah. Mengapa bisa demikian? Ya, tidak lain tidak bukan disebabkan mereka terlambat lebih dari sepuluh menit hingga akhirnya pintu gerbang ditutup dan siswa yang terlambat tidak diperbolehkan masuk sekolah. Aturan ini merupakan sebuah punishmen (hukuman) yang tentunya banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan siswa ataupun oleh guru.

Mereka yang menyetujui kebijakan ini berdalih hal semacam ini telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah lain dan dapat menjadikan siswa lebih disiplin terutama disiplin waktu. Selain itu, aturan semacam ini dapat menekan angka keterlambatan yang akhir-akhir ini semakin meningkat. Cara ini dianggap sebagai cara ampuh untuk mengatasi keterlambatan. Tetapi apakah secara nyata cara ini dapat menekan angka keterlambatan? Untuk mengetahuinya kita tunggu lebih lanjut saja.

Di lain pihak, bagi mereka yang kontra dengan kebijakan ini berdalih bahwa aturan ini belumlah disosialisasikan secara jelas kepada siswa-siswi. Selain itu siswa terlambat tentunya tidak semua adalah kebiasaan atau sesuatu yang disengaja. Bisa jadi siswa yang terlambat karena kendaraan umum sedang terlambat atau tidak ada. Bukankan ini sebuah alasan yang cukup bisa diterima jika siswa terlambat? Lain halnya dengan mereka yang terbiasa terlambat. Untuk hal yang demikian, punishmen melarang siswa masuk sekolah dirasa cukup baik.

Beberapa orang siswa yang kurang mempunyai niat untuk masuk sekolah menggunakan alasan pintu gerbang sudah ditutup dan tidak boleh masuk untuk membolos sekolah. Niat membolos sudah direncanakan semenjak masih di rumah hingga ketika orang tua menanyakan mengapa tidak masuk sekolah kepada anak, anak dapat menjawab bahwa pintu gerbang sudah ditutup dan tidak diperbolehkan masuk. Lalu, pergi ke manakah mereka yang membolos?

Dari berbagai polemik yang terjadi atas pemberlakuan aturan ini alangkah lebih bijaksananya jika pihak sekolah mempertimbangkan kembali kebijakan ini dengan memperhatikan baik buruknya atau efek dari peraturan ini. Pihak sekolah bisa saja memberikan punishmen yang lebih bijaksana sehingga siswa yang datang terlambat dan memang benar-benar mempunyai niat untuk sekolah tetap bisa belajar.

Biarpun demikian, sekolah memberlakukan aturan ini tentunya mempunyai maksud dan tujuan yang baik. Tepat tidaknya atau baik buruknya aturan ini tergantung cara pandang masing-masing individu. Sebuah aturan yang baru terkadang memang menimbulkan pro dan kontra, tetapi jika aturan baru itu diterapkan secara konsisten maka pastinya akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Oleh: Arifin, XI IPA 1

Persami, Semangat Pantang Menyerah

Senin, 16 Januari 2012 – Perkemahan Sabtu dan Minggu (Persami) 14 dan 15 Januari 2012 oleh Ambalan Sudirman-Kartini 15 Januari 2012 diikuti oleh siwa-siswi SMA Islam Sudirman Ambarawa kelas X berlangsung meriah.
Meskipun sore itu daerah Ambarawa dan sekitarnya diguyur hujan tetapi kegiatan Persami tetap dilaksanakan dengan baik. Kegiatan diawali dengan upacara pembukaan pada pukul 14.00 WIB oleh pembina upacara yaitu Dra. Nurul Inayati. Nurul Inayati berpesan kepada peserta kegiatan agar selalu bersemangat dan pantang menyerah seperti teladan ambalan, yaitu Jendral Sudirman. Selain beliau berpesan agar peserta kegiatan menjaga nama baik sekolah ketika berada di luar lingkungan sekolah. “Pramuka Sudirman-Kartini harus tetap bersemangat dan pantang menyerah seperti yang diperlihatkan oleh Panglima Besar Jendral Sudirman,” katanya.
Malamnya lebih kurang pukul 21.00 WIB kegiatan yang dinantikan oleh peserta kegiatan yaitu api unggun dimulai. Dalam acara itu masing-masing sangga (kelompok pramuka) menampilkan kreativitasnya. Masing-masing sangga dituntut dapat memunculkan kreativitas terbaiknya dan mentalnya. Tetapi karena kurangnya persiapan akhirnya seluruh sangga hanya mampu menyumbangkan lagu. Tidak ada yang menampilkan drama, misalnya. Hal ini semua karena kurangnya persiapan oleh peserta Persami.
Alumni SMA Issuda yang dulunya ikut sebagai bantara juga datang untuk membantu dan memeriahkan kegiatan Persami ini. Ahmad Firmansyah atau yang akrab dipanggil Memo misalnya, datang jauh-jauh dari Semarang hanya untuk membatu kegitan ini. “Saya datang dari Semarang, untuk ikut membatu Persami ini,” tandasnya. Dengan gaya yang agak lebay Memo pun ikut mengisi Pensi api unggun dengan ikut bernyanyi dan bergoyang.
Setelah api padam, tepat pukul 24.00 WIB dengan didampingi M.Khanifudin, S.H.I., Dra. Nurul Inayati, dan Sutimin, acara renungan berlangsung dengan sangat khusuk. Kegiatan renungan ini dimaksudkan agar peserta persami dapat mengintrospeksi diri atas segala kesalahan-kesalahannya sehingga untuk kedepan akan dapat lebih baik.
Wide Game
Ahad pagi setelah senam pagi peserta Persami melanjutkan kegiatan yang sangat seru. Peserta mengikuti kegiatan wide game di daerah Tambakboyo dan sekitanya. Aneka hiasan tubuh dengan coretan lipstik di wajah dan rumput-rumputan yang dirangkai menjadi mahkota atau selempang dikenakan. Yang tak kalah seru peserta diperintahkan untuk baris berbaris di tenah becek. Peserta juga melewati trowongan aliran irigasi yang cukup deras dan dilanjutkan berenang di area sawah yang berlumpur. Tak sedikit peserta yang berkeluh kesah, tetapi bantara selalu memberikan agar menyelesaikan semua tantangan yang telah dipersiapkan.
Tidak hanya dilumpur itu, peserta kegiatan juga harus merayap di pinggir sawah yang sangat becek sehingga baju kotor yang telah sempat dibersihkan dengan air di aliran irigasi kembali kotor. Setelah itu peserta kegiatan kembali lagi ke sekolah melewati daerah Kupang Kidul, Ambarawa.
Sesampainya di sekolah tak ada baju bersih yang dikenakan oleh peserta karena seluruh peserta kegiatan berkotor-kotor di sawah. Menurut Candra Handoko, S.Pd., salah satu wali kelas X menuturkan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. “Saya rasa siswa yang tidak ikut kegiatan ini telah mengalami kerugian yang cukup besar dalam hal pengalaman, karena melalui ini siswa memeroleh pengalaman yang berharga yang tentunya dapat diceritakan kepada adik-adik kelasnya kelak. Pengalaman adalah guru yang terbaik,” tuturnya ketika ditemui di sela-sela kegitan Persami.
Hingga akhirnya setelah peserta Persami mandi dan membersihkan diri, pukul 14.00 WIB upacara penutupan dilakukan dan selaku pembina upacaranya adalah Dra. Nurul Inayati. Beliau berpesan agar pengalaman yang telah diperoleh dijadikan sebagai pelajaran yang berharga. Pesan yang sangat penting adalah, “Hari Senin semua harus berangkat sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar!” pesannya.
Kegiatan Pramuka semacam ini tentunya sejalan dengan program pemerintah yang menyisipkan nilai-nilai karakter bangsa salam setiap kegiatan pembelajaran. Nilai kedisiplinan dan nasionalisme kental sekali dalam kegiatan Pramuka. Siswa dibiasakan disiplin dalam segala hal sehingga kedisiplinan ini akan terus melekat pada diri peserta kegiatan persami ini. Semangat nasionalisme dan cinta tanah air akan senantiasa tumbuh dan berkembang dari kegiatan semacam ini.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes